Senin, 04 Agustus 2008

Budidaya Tanaman Porang






















Tanaman Porang adalah tanaman daerah tropis yang termasuk family iles-iles. Tanaman ini mempunyai umbi yang kandungan Glucomanan-nya cukup tinggi.






Morfologi Porang
Tanaman Porang merupakan tumbuhan herba dan menchun. Batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil/katak berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman Porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah.
Di Indonesia tanaman Porang dikenal dengan banyak nama tergantung pada daerah asalnya. Misalnya disebut acung atau acoan oray (Sunda), Kajrong (Nganjuk) dll. Banyak jenis tanaman yang sangat mirip dengan Porang yaitu diantaranya: Suweg, Iles-iles dan Walur.






Syarat Tumbuh
Tanaman Porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya.
Keadaan Iklim
Tanaman Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 - 600 M dpl.
Keadaan Tanah
Untuk hasil yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 - 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja.
Kondisi Lingkungan
Naungan yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik.
Perkembangbiakan Porang
Perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu anatara lain:






Perkembangbiakan dengan Kathak/ Biji
Dalam 1 kg Katak berisi sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Perkembangbiakan dengan Biji/Buah
Tanaman Porang pada setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji. Dalam satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 50 butir yang dapat digunakan sebagai bibit Porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
Perkembangbiakan dengan Umbi
- Dengan umbi yang kecil, ini diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit.
- Dengan umbi yang besar, ini dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut dipecah-pecah sesuai dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah di siapkan.
Budidaya Porang di Perum Perhutani
Budidaya Porang telah dilaksanakan di dalam kawasan hutan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur seluas 1605,3 Ha, yang meliputi beberapa wilayah KPH sebagai berikut:
1 Jember 121,3Ha
2 Nganjuk 759,8Ha
3 Padangan 3,9Ha
4 Saradan 615,0Ha
5 Bojonegoro 35,3Ha
6 Madiun 70,0Ha
Manfaat Porang
Manfaat Porang banyak sekali terutama untuk industri dan kesehatan, hal ini terutama karena kandungan zat Glucomanan yang ada di dalamnya. Adapun manfaat umbi Porang adalah sebagai berikut: Bahan lem, Juli, Mie, Conyaku / tahu, Felem, Perekat tablet, Pembungkus kapsul, dan Penguat kertas.
Pemasaran
Pangsa pasar umbi Porang mencakup pasar luar negeri dan dalam negeri.
1. Untuk pangsa pasar dalam negeri;
umbi Porang digunakan sebagai bahan mie yang dipasarkan di swalayan, serta untuk memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik sebagai bahan dasar.
2. Untuk pangsa pasar luar negeri;
masih sangat terbuka yaitu terutama untuk tujuan Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa negara Eropa.
Produk dipasarkan oleh LMDH binaan Perum Perhutani dalam bentuk unbi basah dan umbi kering (chips)






PORANG DAN NILAI EKONOMI
Harga kathak [buah biji porang] di pasaran Rp15 ribu/kilogram.
Budidaya porang dapat dilakukan dengan tiga macam cara:
a. Dari kathak: 2-3 tahun sampai masa panen
b. Dari bubil benih: perlu 4 tahun sampai panen
c. Dari umbi: dalam satu tahun kemudian bisa dipanen
Dengan awal tanam umbi berukuran 0, 5 kilogram dan atau sampai dengan 1/kg per satuan, setelah melewati masa pelihara satu tahun bisa terjadi pembesaran sampai tiga kali ukuran semula, yaitu 1,5 sampai 3 kg per umbinya.
Harga umbi porang yang siap olah menjadi bahan makanan Rp1500/kilogram. [P05J01.3 SJTE]






PORANG DI HUTAN JATI
sejenis tanaman penghasil umbi, satu rumpun dengan keluarga tanaman iles-iles lainnya: seperti Talas [Bentul], Ganyong, Gembili maupun umumnya tanaman semak belukar yang dalam akarnya mengandung cadangan kalori mudah tumbuh di kawasan hutan jati.
Diantara deretan nama umbi-umbian yang mengingatkan suasana akrab alam pedesaan Jawa jaman dulu tersebut [entah apa saja ya sebutannya di luar bahasa suku Jawa], Porang sangat populer di era pendudukan Jepang.
Bala tentara Dai Nippon di masa perang Asia Pasifik [1942] menjadikannya sebagai bahan nutrisi penting untuk memelihara kemampuan fisik pasukan mereka. Singkat kata, tentara Jepang dulu, gemar mengkonsumsi porang selaku bahan pangan.
Kakek saya [wafat 1975] pernah berkisah tentang pengalaman masa mudanya dan porang, sewaktu dilatih ketentaraan di jaman Jepang. “Sekali makan porang niscaya sepanjang hari tubuh terasa bugar dan perut tidak mudah lapar, “ katanya.
Dapat dikatakan, tanaman porang mempunyai sifat misterius karena akan serta merta bermunculan di bawah tegakan hutan jati saat datang musim hujan dan mendadak seakan lenyap tanpa jejak seiring masuknya musim kemarau.
“Dalam musim kemarau [siklus antara Mei sampai Desember] adalah masa Ripah alias Dorman atau waktu istirahat Porang, sehingga tanaman ini seakan lenyap begitu saja dengan menyisakan umbinya,” tutur Ajun Administratur Perhutani KPH Saradan, Ir. Budi Hermawan ketika menemani saya, 14 Februari 2008.
Adapun prosesnya, daun dan batang tanaman porang saat kemarau akan menguning sampai berubah menjadi serasah kering. Namun, seiring datangnya musim hujan, tanaman porang pun kembali memunculkan batang dan daunnya. [SJTE P05J01.1]






PORANG DI HUTAN SARADAN
Manajemen Perum Perhutani di daerah Kesatuan Pemangkuan Hutan [KPH] Saradan Jawa Timur, boleh dikatakan sebagai pelopor yang menggagas potensi porang di celah - celah hutan jati sejak 1970-an. Kamis, 14 Februari 2008, seijin Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan, Ir. Sumardi, saya meliput tentang porang di hutan jati Saradan Jawa Timur.
Adalah sosok bernama Hartojo yang merintis sehingga kini tanaman porang bak identik dengan mata pencaharian utama bagi warga desa Klangon.
Selain dari Ajun Sub KPH Saradan Timur, Ir. Budi Hermawan, saat mengunjungi hutan jati Saradan itu, saya juga mendapatkan banyak informasi seputar Porang dan hubungannya dengan kawasan hutan serta warga Desa Klangon, dari Asper Pajaran [Suparman], KRPH Klangon [Jaswadi], serta seorang Mandor Perhutani [Yanto].
Menurut Yanto yang kini dijuluki Pakar Porang karena ketekunannya menggeluti budidaya tanaman penghasil karbohidrat ini - dari uji coba yang dilakukannya dengan stimulan pupuk kandang, dengan modal 4 kwintal umbi porang maka setelah jangka waktu 5 bulan [persiapan tanam bulan 10 sampai dipanen bulan 4] dapat dihasilkan 16 kwintal.
“Rata-rata dari 1 kilogram umbi dapat membesar jadi 3 kilogram,” tuturnya, tentang hasil percobaannya di lahan pekarangan di samping kandang ternak miliknya.
Hanya saja, dengan model tanam di lahan pekarangan ini berlaku untuk satu kali panen umbi saja, karena di saat masuk masa dormansi itu pula seluruh umbi dia panen tanpa menyisakan untuk tumbuh lagi menyongsong musim hujan.
Sedangkan kalau di tempat asalnya [hutan jati] sistem panenan umbi porang dilakukan secara pilihan sehingga masih menyisakan benih dorman untuk tumbuh lagi kelak saat musim penghujan.
Pada tahun 2007 petani porang di desa Klangon berhasil mengumpulkan sampai 5300 ton glondong basah dari kawasan hutan jati di sekitar pe mukiman mereka. [P05J01.2 SJTE]






PENGEMBANGAN TANAMAN PORANG
Tanaman Porang merupakan tanaman asli dari daerah tropis yang termasuk dalam suku/famili Iles-iles yang memberikan hasil utama berupa umbi, yang dapat dijadikan bahan makanan, perindustrian, dan obat-obatan. Seperti halnya talas, umbi Porang mengandung kristal kalsium oksalat yang menimbulkan rasa gatal, tetapi bisa dihilangkan melalui proses pabrikasi.
Sejarah Tanaman Porang di KPH Saradan
Jauh sebelum dicanangkan program PHBM pada tahun 2001 (sesuai SK Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani Nomor: 136/KPTS/Dir/2001 tentang PHBM), kegiatan “PHBM” di Desa Klangon sudah dilaksanakan sejak tahun 1970-an yaitu dengan melaksanakan penanaman tanaman pertanian semusim di dalam kawasan hutan sebagai tanaman tumpangsari (TS).
Sejak tahun 2001, di Desa Klangon mulai dirintis untuk dilaksanakan penandatangan Perjanjian Kerjasama PHBM antara Perhutani KPH Saradan dengan LMDH Pandan Asri (sesuai Perjanjian Kerjasam No. 32 tanggal 27 Juli 2005 di hadapan Notaris).
Sampai saat ini petak kawasan hutan yang dikelola oleh Perhutani dan LMDH Pandan asri (sistem PHBM) sebanyak 19 anak petak dengan luas total 615,0 Ha. Adapun jumlah anggota LMDH Pandan Asri sampai saat ini sebanyak 226 orang, dan menyerap tenaga sebanyak 1600 orang.
Sejak tahun 1997 s/d 2005 atau selama 8 tahun produksi porang yang telah dihasilkan senilai Rp. 29.115.000.000,-






Sumber : kphsaradan.perumperhutani.com - sugayo.blogspot.com